Powered By Blogger

Kamis, 07 November 2013

Untuk Adam


Wahai adam, aku mencintaimu. Aku menyayangimu.
Waktu itu ketika kita berdua tersenyum, sadarkah engkau bahwa separuh hatiku telah  menjadi milikmu. Melihat mu menjadi kebahagiaan untuk ku. Ketika engkau menanyakan bagaimana keadaanku, aku tersipu malu, pipiku memerah dan seulas senyum menghias wajahku.
Aku bertanya kepada Tuhan “Apa yang terjadi padaku? Mungkinkah aku jatuh cinta? Atau ini hanya perasaan sementara saja? Benarkah ini cinta?”. Aku menginginkan jawaban, tetapi aku takut. Aku takut bahwa cinta ku kepada-Nya akan terkalahkan oleh bibit perasaan yang mulai tumbuh dan berkembang didalam hatiku untuk mu. Aku tidak berani dan aku tidak mau jika itu sampai terjadi.
Waktu yang diberikan Tuhan pernah kita lalui bersama. Namun waktu jugalah yang menjadi batas kebersamaan kita.
Adam, jika aku memang telah luntur tolong jangan kau goreskan tinta dengan kuas yang telah rusak, karena hasilnya tak akan menjadi bagus. Jika kau ingin melepas ku tolong lepaslah sepenuhnya, karena bekas-bekas noda tak akan hilang hanya dengan sedikit air. Jika perasaan mu telah berubah warna, perlukah menumpahkan semua duka padaku?
Adam, tahukah kau bahwa hawa hanya bisa menangis ketika hatinya terluka. Ia tak pernah bisa berujar. Ia hanya bisa menahan getir hatinya ketika melihat engkau berlari menjauh.
Ketika hawa terluka, ia tak tahu harus berbuat apa kecuali membiarkan pipinya basah oleh air mata. Ia akan menjadi diam, karena itulah yang dapat ia lakukan. Berat memang. Tapi itulah kodrat seorang hawa. Adam diciptakan menjadi sosok yang tegas sedangkan hawa mewakili ciptaan-Nya dalam kelembutan. Maka jika engkau memperlakukannya dengan kasar, ia akan patah.
Engkau mungkin bisa melepasnya dengan mudah, namun tidak dengan hawa, karena engkau telah menjadi tinta yang pernah mengisi lembaran hidupnya. Ia hanya akan menutupnya, bukan menghapusnya.
Diamnya bukan berarti ia lupa. Jauhnya bukan berarti ia hilang.
Dalam diamnya ia tetap selipkan doa untuk mu. Dalam jauhnya tetap ia selipkan cinta untuk mu.
Adam, jika engkau tak bisa menjadi dinding pelindung tolong jangan sekali-kali engkau menghampiri tenangnya air. Jika engkau terlanjur menimbulkan riak tolong jangan engkau tambah dengan arus.
Engkau tak akan mengerti hawa jika engkau mencintanya dengan sifat adam.
Maka untuk mencintanya kau harus memahami sifat hawa.

@ungodamn

1 komentar: