Cerita Power Ranger kali ini adalah ekspedisi gunung Gede Pangrango, gunung
tertinggi kedua dan ketiga di Jawa Barat. Malam Jumat sekitar pukul 19.00 berangkatlah
kami untuk mendaki. Karena jalur Cibodas sudah memenuhi kuota dan jalur Gunung
Putri masih ditutup, kami pun memutuskan untuk mendaki melalui jalur
Selabintana, Sukabumi yang notabene adalah jalur resmi pertama pendakian gunung
Gede. Walaupun sebelumnya sempat ragu karena menurut kabar teman-teman jalur
Selabintana lebih jauh dari jalur-jalur yang lain dan yang paling membuat takut
adalah banyaknya pacet disepanjang medan pendakian, apalagi sekarang adalah
musim hujan. Namun dengan tekad kuat dan sedikit nekat akhirnya kami memutuskan
untuk menempuh jalur Selabintana.
Bertemu di terminal Lewi Panjang, Bandung, saya, Dara dan Ryan berangkat
menuju rumah teman kami, Didin, di Warung Kondang, Cianjur. Setelah sampai di
Warung Kondang kami langsung meluncur kerumah Didin untuk beristirahat dan
menginap. Subuh setelah persiapan selesai dilakukan, kami berempat pun meluncur
ke arah kota Sukabumi dengan menggunakan bis, setelah sebelumnya berjalan cukup
jauh dari rumah Didin menuju jalan raya. Hitung-hitung pemanasan sebelum
muncak. Dan ternyata pemanasan tak cukup sampai disitu, perjalanan dari Warung
Kondang menuju Sukabumi pun harus kami tempuh dengan berdiri. But it's okay, it
was still fun :D Dalam perjalanan tersebut kami sempat mengobrol dengan seorang
bapak, beliau bertanya kami mau kemana, dan setelah kami jawab kami akan
mendaki gunung Gede, raut muka beliau langsung berubah dan berkata “Bapak ge nu orang Sukabumi teu wantun neng
ka gunung Gede mah“. “Kunaon
kitu pak?“ “Ah kitu we neng“ “Pasti mistis nya pak?“ “Nya
kitu we neng. Gunung Gede mah tos terkenal angker”. Dan saya hanya bisa menanggapi jawaban bapak tersebut
dengan senyuman. Well, masalah mistis apa enggak semua gunung juga pasti punya "penghuni"nya,
tapi selama kita tidak mengganggu dan memiliki niat jahat InsyaAllah mereka juga
tidak akan mengganggu. Kita berada dalam dunia yang berbeda. Kuncinya adalah
berfikir positif.
Tanpa sedikit pun terpengaruh oleh ucapan bapak tadi kami tetap melanjutkan
perjalanan. Sesampainya di Sukabumi kami langsung naik angkot untuk menuju ke
Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. Jalur yang kami lewati adalah hamparan
perkebunan teh yang menyegarkan mata. Sama seperti didalam bus tadi, lagi-lagi
mamang angkot juga menceritakan kepada kami mengenai keangkeran gunung Gede,
mulai dari kuburan, suara air yang sering menyesatkan pendaki hingga tempat
pemujaan. Sekali lagi, kami tak terkena godaan mistis. Kami datang bukan untuk
mendengar cerita misteri :D
Sesampainya di TNGGP, ternyata belum ada petugas yang datang. Entah kami
yang datang terlalu pagi atau mereka yang datangnya telat. Hehe. Sambil menunggu
petugas datang kami pun mengobrol dengan para volunteer TNGGP. Dari obrolan
itulah kami tahu bahwa kami harus mengisi simaksi di Cibodas walaupun sudah
daftar secara online. Setelah menimbang-nimbang, akhirnya kita memutuskan untuk
pergi ke Cibodas dan muncak lewat sana, gak jadi lewat jalur Selabintana. Tapi
sebelumnya kami pergi menikmati segarnya air terjun Cibeureum di kaki gunung
Gede ini. Pemanasan lagi sebelum muncak. Hehhe. Lumayan bolak-balik 18 kilo
dari pondok volunteer TNGGP ke air terjun Cibeureum. Dan gak sia-sia,
pemandangan yang disuguhkan air terjun ini sangat indah dengan ketinggian sekitar
20meter. Menurut mitos, siapa saja yang cuci muka diair terjun Cibeureum akan
awet muda. Akhirnyaaaa, kami semua ikutan cuci muka disitu. Hahaha.
Setelah cukup puas berfoto dan menikmati segarnya udara disini kami memutuskan
untuk kembali kepondok. Dalam perjalanan kepondok, salah satu
teman kami Didin terkena pacet. Ternyata beginilah rupa si pacet. Tidak seseram
yang dibayangkan. Entah karena cuma satu yah, karena menurut cerita jika ke
puncak Gede melalui kalur Selabintana badan akan dipenuhi pacet yang dengan
merdeka menghisap darah disekujur tubuh kita. Setelah sampai dipondok dan
shalat kami pun berangkat ke Cibodas. Sesampainya disana ternyata hari ini
banyak sekali pendaki yang melalui jalur Cibodas sehingga suasana menjadi
semakin rame dan semangat kembali tinggi setelah sebelumnya jalan-jalan dulu ke
Selabintana.
Dengan diawali doa, tepat
pukul 20.00 setelah mendirikan shalat Isya dan mengisi simaksi dipost Green
Ranger langkah awal kami menuju puncak Gede pun dimulai. Track pertama yang
menunggu kami adalah ribuan tangga batu. Jalur tangga batu ini sangat panjang. Mulai
dari start hingga kandang badak. Jujur, jalur tangga dengan bebatuan seperti
ini tidak saya suka karena selain membosankan, tidak enak dipijak, juga membuat
stamina cepat terkuras. Satu demi satu kaki kami langkahkan. Semakin malam dan
semakin tinggi dataran, udara semakin dingin dan oksigen semakin menipis. Dalam
perjalanan kami banyak bertemu para pendaki yang lain dan saling susul
menyusul. Tak hanya itu, kami
pun sempat bertemu kucing hutan yang unik.
Begitu sampai dialiran air panas mata harus benar-benar fokus, karena uap
air panas dibawah kaki kita melebur dengan cahaya dari headlamp sehingga
membuat pandangan tidak jelas. Sekali saja salah melangkah bukan
tidak mungkin kita terpersok keair belerang yang panas atau kejurang disebelah
kiri. Lebar jalur air panas ini hanya
sekitar 50cm dengan hanya dibatasi tali disebelah kiri. Jadi disini harus
ekstra hati-hati, apalagi jika melakukan pendakian pada malam hari. Setelah melewati
kandang batu dan istirat sejenak kami pun selanjutkan kembali ekspedisi tim
Power Ranger.
Stamina kami semakin
terkuras. Rasa lelah semakin menyerang badan kami. Rasanya kaki ini sudah tidak
kuat untuk berjalan, namun mau tidak mau kami harus berjalan, karena dalam
mendaki hanya kaki, semangat dan doa yang bisa membawa kami semua ke puncak.
Sedikit demi sedikit, langit malam gunung Gede yang dipenuhi bintang dan sebuah
bulan semakin terasa sangat dekat dengan kepala kami, pertanda kami sudah
berjalan sangat jauh. Namun pos Kandang Badak yang dituju belum juga terlihat.
Begitu sampai disebuah jalan landai kami semua sempat tertipu. Dibalik
rindangnya pepohonan kami melihat ada cahaya yang kami anggap cahaya yang
berasal dari lampu tenda-tenda di pos Kandang Badak. Namun ternyata itu adalah
bulan dan bintang yang bersinar. Walaupun
sempat sedih karena kami masih belum sampai dikandang badak, kami bersyukur dan
senang ternyata kami berada dekat sekali dengan angkasa. Sungguh luar biasa
rasanya ingin memetik bintang-bintang yang ada diatas kepala kami. Tak lama
dari situ akhirnya kami sampai juga dipos terakhir sebelum mendaki ke puncak,
yaitu pos Kandang Badak. Setelah mencari lahan kosong, karena banyak juga
pendaki yang menginap disini, tenda pun kami pasang dan jeng jreenngg... Saya
pun terkena hipotermia. Power Ranger jadi panik. Dara sibuk memakaikan jaketnya
dan sleeping bag kepada saya, sedangkan dua cowo ranger memasak air panas dan
menghangatkan kaki saya. Sekitar 15 menit alhamdulillah akhirnya hipotermia itu
pergi dari tubuh saya. Kami pun memutuskan untuk istirahat dan tidur sebelum
karena subuh kami harus lanjut untuk menjamah puncak gunung dengan ketinggian
2.958 Mdpl ini.
Pukul 04.00 kami pun bangun dan bersiap menuju puncak Gede. Jalur pedakian
dari Kandan Badak hingga ke puncak bayangan adalah vegetasi pepohonan yang unik
dengan akar-akarnya yang keluar dari tanah. Hingga vegetasi itu terlewati jalur
selanjutnya adalah pasir dengan pemandangan disebelah kiri adalah kawah gunung
Gede dan sebelah kanan adalah alun-alun Surya Kencana. Setelah melewati pasir
gersang dicampur bebatuan yang berasal dari kawah Alhamdulillah dengan mengucap
syukur yang luar biasa kami pun sampai dipuncak gunung Gede. Diatas sini kami
bisa menikmati hamparan awan yang pemandangan yang menghijau dibawah sana. Kami
pun duduk menikmati itu semua tepat diatas kawah gunung Gede yang masih
mengeluarkan asap. Setelah puas menikmati semua itu dan tak lupa berfoto ria
kami pun memutuskan kembali ke camp untuk sarapan. Yang paling berkesan ketika
kami turun adalah jalur Tanjakan Setan yang sangat menantang. Top banget
pokoknya, keren J
Sembari istirahat dan membuat sarapan, keindahan gunung Pangrango dihadapan
kami ikut merayu untuk kami jajaki juga. Akhirnya kami pun memutuskan untuk
mendaki gunung Pangrango. Tepat jam 11 siang kami pun melanjutkan perjalanan
menuju puncak Pangrango. Menurut saya jalur menuju Pangrango lebih mengasyikan
daripada jalur menuju puncak Gede. Vegetasi tumbuhannya sangat bervariatif dan
dapat ditemukan banyak bunga anggrek yang indah dipandang walaupun memang
curam, banyak tanjakan aduhai dan akar-akar pohon. Tebing kawah Gede pun dapat terlihat
dari jalur pendakian Pangrango. Luas puncak Pangrango hanya sekitar 5 x 5 meter
saja karena gunung Pangrango memang berbentuk kerucut sempurna dengan sedikit
saja lahan diatasnya. Kami pun tidak lama berada disana, hanya menyempatkan
foto dan kami langsung turun menuju tempat yang menjadi tujuan utama kami,
Mandalawangi. Taman bungan edelweis yang disebut Soe Hok Gie sebagai lembah
kasih. Rasanya memang tak berlebihan jika Gie menyebutnya seperti itu karena
memang Mandalawangi adalah tempat yang sangat indah. Lapangan luas ini
sekelilingnya hanya dipenuhi bunga abadi, edelweis. Ditengah padang ini
terdapat sebuah nisan yang dibuat untuk mengenang salah satu pendaki yang
meninggal digunung Pangrango ini.
Kami pun mulai bernarsis-narsis ria berfoto dilembah kasih ini. Saking
indahnya, kami pun merasa sangat betah dan sempat tertidur ketika kami
menikmati keindahan disini. Setelah puas, walaupun sebenarnya tidak ingin
pulang, kami pun kembali kepuncak Pangrango dan turun menuju Kandang Badak. Bukan
tim Power Ranger namanya kalo turun gak kaya bagong. Dengan kekuatan penuh kami
pun mulai marathon. Dengan kekuatan kaki dan konsentrasi tinggi satu demi satu
tanjakan dan akar kami lewati. Kebiasaan kami ini lebih mirip latihan olahraga
parkour daripada naik gunung. Walhasil
rekor pun kami pecahkan. Tepat 50 menit kami sampai dipos Kandang Badak. Yeeeee!!!!!
Tak lama kami pun membereskan barang-barang dan membongkar tenda untuk
turun. Jalur yang sama kami lalui lagi seperti ketika kemarin kami mendaki. Badan
benar-benar terasa lemas ketika kami melewati jalur tangga batu. Benar-benar
tantangan. Saat keadaaan tubuh sudah tidak stabil jalur bebatuan itu menjadi
sangat susah dilalui. Namun akhirnya sampai juga kami di Cibodas tanpa
kekurangan satu apapun.
Namun ternyata sebuah
musibah harus menimpa kami. Kamera dan handphone salah satu tim Power Ranger
dicuri ketika kami beristirahat disebuah Masjid. Walhasil semua dokumentasi kami dari awal hingga akhir
lenyap. Bete dan sedih, tapi mau gimana lagi. Semoga nanti diganti dengan yang
lebih baik dan mungkin ini adalah petanda bahwa kami harus kembali lagi menjelajahi
gunung Gede Pangrango. Pagi-pagi setelah membeli sarapan dan souvenir kami pun
kembali pulang ke Bandung dan berpisah dengan Didin diterminal Jebrod. Kami
pulang dengan sejuta kenangan, pelajaran dan cerita yang berharga. Terimakasih
kepada teman-teman Power Ranger yang gila. Gak sabar untuk berkumpul lagi dan
menaklukan Mdpl-Mdpl yang lainnya bersama kalian. Salam kangen!
Sampai jumpa lagi dengan kami dipetualangan selanjutnya.
Salam Lestari!!!
@ungodamn
Tidak ada komentar:
Posting Komentar