Powered By Blogger

Senin, 11 November 2013

Ekspedisi Gede Pangrango 2958 3018 Mdpl


Cerita Power Ranger kali ini adalah ekspedisi gunung Gede Pangrango, gunung tertinggi kedua dan ketiga di Jawa Barat. Malam Jumat sekitar pukul 19.00 berangkatlah kami untuk mendaki. Karena jalur Cibodas sudah memenuhi kuota dan jalur Gunung Putri masih ditutup, kami pun memutuskan untuk mendaki melalui jalur Selabintana, Sukabumi yang notabene adalah jalur resmi pertama pendakian gunung Gede. Walaupun sebelumnya sempat ragu karena menurut kabar teman-teman jalur Selabintana lebih jauh dari jalur-jalur yang lain dan yang paling membuat takut adalah banyaknya pacet disepanjang medan pendakian, apalagi sekarang adalah musim hujan. Namun dengan tekad kuat dan sedikit nekat akhirnya kami memutuskan untuk menempuh jalur Selabintana.
Bertemu di terminal Lewi Panjang, Bandung, saya, Dara dan Ryan berangkat menuju rumah teman kami, Didin, di Warung Kondang, Cianjur. Setelah sampai di Warung Kondang kami langsung meluncur kerumah Didin untuk beristirahat dan menginap. Subuh setelah persiapan selesai dilakukan, kami berempat pun meluncur ke arah kota Sukabumi dengan menggunakan bis, setelah sebelumnya berjalan cukup jauh dari rumah Didin menuju jalan raya. Hitung-hitung pemanasan sebelum muncak. Dan ternyata pemanasan tak cukup sampai disitu, perjalanan dari Warung Kondang menuju Sukabumi pun harus kami tempuh dengan berdiri. But it's okay, it was still fun :D Dalam perjalanan tersebut kami sempat mengobrol dengan seorang bapak, beliau bertanya kami mau kemana, dan setelah kami jawab kami akan mendaki gunung Gede, raut muka beliau langsung berubah dan berkata “Bapak ge nu orang Sukabumi teu wantun neng ka gunung Gede mah“. “Kunaon kitu pak?“ “Ah kitu we neng“ “Pasti mistis nya pak?“ “Nya kitu we neng. Gunung Gede mah tos terkenal angker”. Dan saya hanya bisa menanggapi jawaban bapak tersebut dengan senyuman. Well, masalah mistis apa enggak semua gunung juga pasti punya "penghuni"nya, tapi selama kita tidak mengganggu dan memiliki niat jahat InsyaAllah mereka juga tidak akan mengganggu. Kita berada dalam dunia yang berbeda. Kuncinya adalah berfikir positif.
Tanpa sedikit pun terpengaruh oleh ucapan bapak tadi kami tetap melanjutkan perjalanan. Sesampainya di Sukabumi kami langsung naik angkot untuk menuju ke Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. Jalur yang kami lewati adalah hamparan perkebunan teh yang menyegarkan mata. Sama seperti didalam bus tadi, lagi-lagi mamang angkot juga menceritakan kepada kami mengenai keangkeran gunung Gede, mulai dari kuburan, suara air yang sering menyesatkan pendaki hingga tempat pemujaan. Sekali lagi, kami tak terkena godaan mistis. Kami datang bukan untuk mendengar cerita misteri :D
Sesampainya di TNGGP, ternyata belum ada petugas yang datang. Entah kami yang datang terlalu pagi atau mereka yang datangnya telat. Hehe. Sambil menunggu petugas datang kami pun mengobrol dengan para volunteer TNGGP. Dari obrolan itulah kami tahu bahwa kami harus mengisi simaksi di Cibodas walaupun sudah daftar secara online. Setelah menimbang-nimbang, akhirnya kita memutuskan untuk pergi ke Cibodas dan muncak lewat sana, gak jadi lewat jalur Selabintana. Tapi sebelumnya kami pergi menikmati segarnya air terjun Cibeureum di kaki gunung Gede ini. Pemanasan lagi sebelum muncak. Hehhe. Lumayan bolak-balik 18 kilo dari pondok volunteer TNGGP ke air terjun Cibeureum. Dan gak sia-sia, pemandangan yang disuguhkan air terjun ini sangat indah dengan ketinggian sekitar 20meter. Menurut mitos, siapa saja yang cuci muka diair terjun Cibeureum akan awet muda. Akhirnyaaaa, kami semua ikutan cuci muka disitu. Hahaha.
Setelah cukup puas berfoto dan menikmati segarnya udara disini kami memutuskan untuk kembali kepondok. Dalam perjalanan kepondok, salah satu teman kami Didin terkena pacet. Ternyata beginilah rupa si pacet. Tidak seseram yang dibayangkan. Entah karena cuma satu yah, karena menurut cerita jika ke puncak Gede melalui kalur Selabintana badan akan dipenuhi pacet yang dengan merdeka menghisap darah disekujur tubuh kita. Setelah sampai dipondok dan shalat kami pun berangkat ke Cibodas. Sesampainya disana ternyata hari ini banyak sekali pendaki yang melalui jalur Cibodas sehingga suasana menjadi semakin rame dan semangat kembali tinggi setelah sebelumnya jalan-jalan dulu ke Selabintana.
Dengan diawali doa, tepat pukul 20.00 setelah mendirikan shalat Isya dan mengisi simaksi dipost Green Ranger langkah awal kami menuju puncak Gede pun dimulai. Track pertama yang menunggu kami adalah ribuan tangga batu. Jalur tangga batu ini sangat panjang. Mulai dari start hingga kandang badak. Jujur, jalur tangga dengan bebatuan seperti ini tidak saya suka karena selain membosankan, tidak enak dipijak, juga membuat stamina cepat terkuras. Satu demi satu kaki kami langkahkan. Semakin malam dan semakin tinggi dataran, udara semakin dingin dan oksigen semakin menipis. Dalam perjalanan kami banyak bertemu para pendaki yang lain dan saling susul menyusul. Tak hanya itu, kami pun sempat bertemu kucing hutan yang unik.
Begitu sampai dialiran air panas mata harus benar-benar fokus, karena uap air panas dibawah kaki kita melebur dengan cahaya dari headlamp sehingga membuat pandangan tidak jelas. Sekali saja salah melangkah bukan tidak mungkin kita terpersok keair belerang yang panas atau kejurang disebelah kiri. Lebar jalur air panas ini hanya sekitar 50cm dengan hanya dibatasi tali disebelah kiri. Jadi disini harus ekstra hati-hati, apalagi jika melakukan pendakian pada malam hari. Setelah melewati kandang batu dan istirat sejenak kami pun selanjutkan kembali ekspedisi tim Power Ranger.
Stamina kami semakin terkuras. Rasa lelah semakin menyerang badan kami. Rasanya kaki ini sudah tidak kuat untuk berjalan, namun mau tidak mau kami harus berjalan, karena dalam mendaki hanya kaki, semangat dan doa yang bisa membawa kami semua ke puncak. Sedikit demi sedikit, langit malam gunung Gede yang dipenuhi bintang dan sebuah bulan semakin terasa sangat dekat dengan kepala kami, pertanda kami sudah berjalan sangat jauh. Namun pos Kandang Badak yang dituju belum juga terlihat. Begitu sampai disebuah jalan landai kami semua sempat tertipu. Dibalik rindangnya pepohonan kami melihat ada cahaya yang kami anggap cahaya yang berasal dari lampu tenda-tenda di pos Kandang Badak. Namun ternyata itu adalah bulan dan bintang yang bersinar. Walaupun sempat sedih karena kami masih belum sampai dikandang badak, kami bersyukur dan senang ternyata kami berada dekat sekali dengan angkasa. Sungguh luar biasa rasanya ingin memetik bintang-bintang yang ada diatas kepala kami. Tak lama dari situ akhirnya kami sampai juga dipos terakhir sebelum mendaki ke puncak, yaitu pos Kandang Badak. Setelah mencari lahan kosong, karena banyak juga pendaki yang menginap disini, tenda pun kami pasang dan jeng jreenngg... Saya pun terkena hipotermia. Power Ranger jadi panik. Dara sibuk memakaikan jaketnya dan sleeping bag kepada saya, sedangkan dua cowo ranger memasak air panas dan menghangatkan kaki saya. Sekitar 15 menit alhamdulillah akhirnya hipotermia itu pergi dari tubuh saya. Kami pun memutuskan untuk istirahat dan tidur sebelum karena subuh kami harus lanjut untuk menjamah puncak gunung dengan ketinggian 2.958 Mdpl ini.
Pukul 04.00 kami pun bangun dan bersiap menuju puncak Gede. Jalur pedakian dari Kandan Badak hingga ke puncak bayangan adalah vegetasi pepohonan yang unik dengan akar-akarnya yang keluar dari tanah. Hingga vegetasi itu terlewati jalur selanjutnya adalah pasir dengan pemandangan disebelah kiri adalah kawah gunung Gede dan sebelah kanan adalah alun-alun Surya Kencana. Setelah melewati pasir gersang dicampur bebatuan yang berasal dari kawah Alhamdulillah dengan mengucap syukur yang luar biasa kami pun sampai dipuncak gunung Gede. Diatas sini kami bisa menikmati hamparan awan yang pemandangan yang menghijau dibawah sana. Kami pun duduk menikmati itu semua tepat diatas kawah gunung Gede yang masih mengeluarkan asap. Setelah puas menikmati semua itu dan tak lupa berfoto ria kami pun memutuskan kembali ke camp untuk sarapan. Yang paling berkesan ketika kami turun adalah jalur Tanjakan Setan yang sangat menantang. Top banget pokoknya, keren J
Sembari istirahat dan membuat sarapan, keindahan gunung Pangrango dihadapan kami ikut merayu untuk kami jajaki juga. Akhirnya kami pun memutuskan untuk mendaki gunung Pangrango. Tepat jam 11 siang kami pun melanjutkan perjalanan menuju puncak Pangrango. Menurut saya jalur menuju Pangrango lebih mengasyikan daripada jalur menuju puncak Gede. Vegetasi tumbuhannya sangat bervariatif dan dapat ditemukan banyak bunga anggrek yang indah dipandang walaupun memang curam, banyak tanjakan aduhai dan akar-akar pohon. Tebing kawah Gede pun dapat terlihat dari jalur pendakian Pangrango. Luas puncak Pangrango hanya sekitar 5 x 5 meter saja karena gunung Pangrango memang berbentuk kerucut sempurna dengan sedikit saja lahan diatasnya. Kami pun tidak lama berada disana, hanya menyempatkan foto dan kami langsung turun menuju tempat yang menjadi tujuan utama kami, Mandalawangi. Taman bungan edelweis yang disebut Soe Hok Gie sebagai lembah kasih. Rasanya memang tak berlebihan jika Gie menyebutnya seperti itu karena memang Mandalawangi adalah tempat yang sangat indah. Lapangan luas ini sekelilingnya hanya dipenuhi bunga abadi, edelweis. Ditengah padang ini terdapat sebuah nisan yang dibuat untuk mengenang salah satu pendaki yang meninggal digunung Pangrango ini.
Kami pun mulai bernarsis-narsis ria berfoto dilembah kasih ini. Saking indahnya, kami pun merasa sangat betah dan sempat tertidur ketika kami menikmati keindahan disini. Setelah puas, walaupun sebenarnya tidak ingin pulang, kami pun kembali kepuncak Pangrango dan turun menuju Kandang Badak. Bukan tim Power Ranger namanya kalo turun gak kaya bagong. Dengan kekuatan penuh kami pun mulai marathon. Dengan kekuatan kaki dan konsentrasi tinggi satu demi satu tanjakan dan akar kami lewati. Kebiasaan kami ini lebih mirip latihan olahraga parkour daripada naik gunung. Walhasil rekor pun kami pecahkan. Tepat 50 menit kami sampai dipos Kandang Badak. Yeeeee!!!!!
Tak lama kami pun membereskan barang-barang dan membongkar tenda untuk turun. Jalur yang sama kami lalui lagi seperti ketika kemarin kami mendaki. Badan benar-benar terasa lemas ketika kami melewati jalur tangga batu. Benar-benar tantangan. Saat keadaaan tubuh sudah tidak stabil jalur bebatuan itu menjadi sangat susah dilalui. Namun akhirnya sampai juga kami di Cibodas tanpa kekurangan satu apapun.
Namun ternyata sebuah musibah harus menimpa kami. Kamera dan handphone salah satu tim Power Ranger dicuri ketika kami beristirahat disebuah Masjid. Walhasil semua dokumentasi kami dari awal hingga akhir lenyap. Bete dan sedih, tapi mau gimana lagi. Semoga nanti diganti dengan yang lebih baik dan mungkin ini adalah petanda bahwa kami harus kembali lagi menjelajahi gunung Gede Pangrango. Pagi-pagi setelah membeli sarapan dan souvenir kami pun kembali pulang ke Bandung dan berpisah dengan Didin diterminal Jebrod. Kami pulang dengan sejuta kenangan, pelajaran dan cerita yang berharga. Terimakasih kepada teman-teman Power Ranger yang gila. Gak sabar untuk berkumpul lagi dan menaklukan Mdpl-Mdpl yang lainnya bersama kalian. Salam kangen!
Sampai jumpa lagi dengan kami dipetualangan selanjutnya.
Salam Lestari!!!

@ungodamn

Tidak ada komentar:

Posting Komentar