Powered By Blogger

Kamis, 25 Oktober 2012

Idul Adha di Negeri Bastian Schweinsteiger

Tahun ini adalah tahun pertama saya hijrah ke eropa. Artinya ini juga tahun pertama saya tidak merayakan idul adha bersama keluarga. Jauh dari keluarga, jauh dari orang-orang yang disayangi itu memang sulit. Hari-hari biasa memang terasa baik-baik saja dan menikmati rutinitas disini. Namun ketika  hari istimewa datang, Idul Adha, semuanya terasa berbeda. Semuanya terbalik begitu tiba-tiba, terutama ketika malam datang. 
Disini sepi. Disini hanya ada gelap dan lampu. Disini tidak ada suara takbir berkumandang. Disini tidak ada anak-anak yang dengan ceria memukul bedug. Disini tidak ada suara petasan. Disini tidak ada bau harum daging. Disini hanya ada sepi. Disini hanya ada malam. Malam seperti biasa. Malam dimana orang melepas lelah dan penat.
Sungguh malam ini saya sangat merindukan suasana negeri saya tercinta, Indonesia. Suasana ramah ala negeri timur yang santun dan ceria. Suasana kebahagiaan menyambut hari raya Idul Adha. Suasana hangat berkumpul bersama keluarga. Saat-saat seperti itu yang membuat saya merasa sangat kehilangan. Merasa ada sesuatu yang kurang. Memang disini ada masjid. Disini ada orang Islam. Disini juga bisa sholat id berjamaah. Tapi tetap rasanya berbeda. Mungkin karena selama 19 tahun saya selalu merayakan hari raya bersama keluarga, sehingga sekarang ketika harus terpisah jauh dari keluarga saya merasa sangat kehilangan. 
Ketika saya membaca status teman-teman, sahabat dan keluarga di media sosial, rasanya saya begitu iri kepada mereka. Mereka begitu bahagia menyambut datangnya Idul Adha bersama orang-orag terkasih. Semuanya tampak tersenyum. Semuanya tampak ceria. Semuanya bahagia. Rasanya saya ingin menangis. Rasanya saya ingin malam ini juga pulang ke Indonesia. Tapi saya harus tahan. Saya tidak bolah cengeng. Saya harus kuat. Ini pun demi keluarga saya. Demi membahagiakan dan membuat mereka bangga. Lagipula saya tidak benar-benar sendiri. Saya mempunyai Alloh yang senantiasa selalu menamani saya kemana dan dimana pun saya berada. Begitu pun dengan malam Idul Adha kali ini. Saya bersama Alloh.
Saya tidak ingin kalah dengan teman-teman yang ada di Indonesia, yang sedang mengumandangkan takbir. Saya pun akhirnya mendengar dan melantunkan takbir lewat You Tube. Dan Subhanalloh... Ketika gema takbir berkumandang, seketika itu juga air mata saya mengalir. Ada semacam aliran dalam tubuh saya mengejangkan seluruh nafas dan hati saya. Suara takbir itu begitu menyentuh saraf-saraf saya. Sesuatu yang belum pernah saya rasakan sebelumnya ketika mendengar takbir dirumah. Kali ini entah mengapa ada semacam rasa takut. Seperti ada sesuatu yang mengetuk saya. Semacam perasaan menyesal dan  bersalah merasuki saya. Saya termenung dan berpikir. Ya Alloh... Mungkin Engkau menyuntuh ku dengan cara aku jauh dari keluarga. Mungkin ini caramu agar aku lebih menghargai sesuatu.
Dari kejadian ini saya mendapat sesuatu. Saya menjadi sadar bahwa kebahagiaan dan kenikmatan itu sungguh dua hal yang berbeda. Hidup dinegara maju memang sebuah kenikmatan. Disini segala sesuatu dapat kita raih dengan mudah. Tapi kebahagiaan tidak. Kebahagiaan itu begitu sederhana. Kebahagiaan itu ketika kita bisa berada ditengah keluarga. Kebahagiaan itu ketika kita bisa tersenyum dan tertawa bersama keluarga. Kebahagiaan itu ketika kita bisa memeluk kedua orang tua kita. Sungguh sangatlah beruntung dan bersyukur orang-orang yang malam ini bersama keluarganya merayakan hari raya Idul Adha. Sungguh kalian jangan pernah menyia-nyiakan waktu kalian dengan keluarga kalian, terutama dengan orang tua kalian. Kalian akan merasakan kerinduan itu ketika kalian jauh dari mereka. Ketika kalian hanya bisa mendengar suara mereka melalui telepon.
Saya bersyukur dan berterimakasih kepada Alloh SWT karena telah memberikan kesempatan luar biasa kepada saya untuk bisa pergi kenegara impian saya, Jerman. Saya juga bersyukur karena dengan ini saya mendapat bayak pelajaran berharga, pelajaran kehidupan, pelajaran yang tidak pernah saya dapat dikelas. Saya jadi semakin tahu arti kebersamaan. Betapa saya tidak boleh menyia-nyiakan waktu. Betapa keluarga itu penting. Disini Alloh SWT mengajari saya untuk sabar, untuk ikhlas, untuk mau berjuang, untuk bisa menahan godaan dan untuk selalu berada dijalan-Nya. Ini hanya bagian kecil dari perjuangan hidup. Ini hanya bagian kecil dari perjalanan menuju cita-cita. Ini hanya kerikil kecil dijalan menuju senyuman ibu dan ayah. Don't ever give up cuz live will go on!!!

Selamat merayakan Idul Adha untuk seluruh saudara muslim dan muslimah diseluruh dunia. Alloh bless you all :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar