Powered By Blogger

Kamis, 31 Oktober 2013

Ekspedisi Cikuray 2.821 Mdpl


Walaupun rencananya mendadak, akhirnya ngebolang ke Cikuray jadi juga. Tim kali ini berjumlah 4 orang. Saya, Dara, Lia dan yang paling ganteng Didin :D Jam 10 malem start berangkat dari Bandung menuju terminal Lewi Panjang. Setelah menunggu sekitar 15 menit akhirnya nemu juga elf jurusan Garut. Sekitar jam 2 malem nyampe di Garut, tepatnya di Patrol, jalan utama menuju gunung Cikuray. Sambil istirahat di masjid, kita juga bongkar carrier sekalian ngecek perlengkapan karena sehabis shalat subuh kita bakal langsung muncak.
Adzan subuh pun berkumandang. Setelah shalat berjamaah bersama warga setempat, tanpa dipanggil pun abang-abang ojek udah nyamperin. Setelah semua siap, meluncurlah kami menuju pemancar, tempat start pendakian gunung Cikuray. Udara kota Garut yang super dingin tidak mengalahkan semangat kami untuk menaklukan gunung tertinggi ke-4 di Jawa Barat ini. Belum apa-apa pemandangan yang disuguhkan sudah membuat mata kami tersenyum. Aktivitas warga dipagi hari, jajaran hutan, lahan pertanian, hamparan kebun teh serta kabut yang bergulung adalah panorama yang akan ditemui sebelum sampai di pos pemancar.
Setelah mengisi administrasi dan sarapan terlebih dahulu, tepat pukul 06.30 dengan diawali doa, langkah pertama kami pun dimulai. Tantangan pertama adalah kebun teh, yang tanjakannya lumayan bikin ngos ngosan. Baru start nih udah dikasih tanjakan. Setelah itu kami melewati kebun kol yang tengah ranum dan siap untuk dipanen, lalu hamparan ilalang dan padang rumput adalah vegetasi terakhir yang ditemui sebelum akhirnya benar-benar memasuki gunung Cikuray. FYI, dari mulai kebuh teh sampai padang rumput itu semua tanjakan. Teman kami, Lia, ini merupakan pendakian pertamanya, sempat menyerah dan ingin pulang lagi ketika melihat semua tracknya berupa tanjakan. Namun berkat dorongan semangat akhirnya dia mau lanjut juga. SEMANGAT BUN!! Hehe...
Oke, sekarang kami berada dimulut gunung Cikuray. Pendakian sesungguhnya dimulai dari sini. Bismillahirahmanirrahim, dengan semangat dan keyakinan yang kuat kami pun mulai mendaki. Apa yang dikatakan orang-orang ternyata benar, medan pendakian gunug Cikuray semuanya berupa TANJAKAN. Asli gak ada bonus gan. Males deh pokoknya kalo ngeliat keatas, sakit leher. Hehe.. Tapi tanjakan gak akan membuat kami menyerah begitu saja. Langkah demi langkah pun kami jajaki. Sampai di pos 1, kabut dibelakang kami masih membayangi. Dingin tapi asli keren dan seger banget.
Setelah foto-foto di pos 1 pendakian kami lanjutkan. Sampai di pos 3 ketika kami istirahat, kami sempat bertemu dan mengobrol dengan para pendaki lain yang turun. Lalu kami pun pamit untuk menuju pos selanjutnya. Pos 4, pos 5 hingga akhirnya sampailah kami ke pos 6 setelah melewati tanjakan dan akar-akar pohon dibawah sana. Matahari sudah berada diatas ketika kami tiba di pos 6 ini. Ternyata kami sudah berjalan sekitar 5 jam. Cukup membuat lelah dan lapar. Akhirnya kami stop dulu di pos 6, selonjoran, ngobrol, ngemil, tiduran dan "ribut" gara-gara burung. Hahaha
Pendakian kami lanjutkan untuk menuju pos terakhir sebelum akhirnza sampai dipuncak Cikuray. Well, dari pos 6 ke pos 7 seperti sebelumnya, tanjakan, tanjakan dan tanjakan. Dan kali ini lebih curam. Tak jarang ketika kami melangkah keatas, tangan pun ikut bermain peran dengan memegang akar pohon. Alhamdulillah gak ada hujan yang turun, karena medan cukup licin. Gak tau deh kalo misalnya hujan -..- Stamina terkuras dan keringat sudah membanjiri badan tapi puncak belum juga terlihat. PHP PHP PHP! Tapi itu justru membuat kami semakin penasaran. Pemandangan apa yang akan disuguhkan puncak Cikuray kepada kami setelah melewati medan yang menguras energy ini. Satu langkah, dua langkah, tiga langkah akhirnya sampai jga di pos 7. YEEEE!!!! Ternyata masih belum puncak. Hahaha. Kami harus terus berjalan untuk menuju puncak, tinggal sedikit lagi. Dan shalter pun terlihat. 5 meter menuju shalter puncak Cikuray ternyata terdapat banyak hamparan pohon arben (strawberry hutan). Subhanallah, saya langsung teringat surah Ar-Rahman “Nikmat mana lagi yang kau dustakan?” Allah SWT begitu Maha Pemurah. Setelah berjalan melewati tanjakan curam, kelelahan, capek, langsung dikasih buah yang menyegarkan. Subhanallah. Berszukur banget deh. Setelah puas makan arben, 5 meter kedepan, akhirnya sampai juga kami dipuncak Cikuray 2.821 Mdpl. Hamparan kota Garut, ditambah kabut, jajaran puncak gunung Papandayan, Guntur dan Ciremay adalah pemandangan yang langsung menyambut kami dipuncak. Lelah dan cape pun hilang seketika. Terbayar semua perjuangan kami. Terimakasih Allah SWT, You are the perfect creator.
Lempar carrier dan duduk sejenak memandang semua keindahan ini sebelum kami mendirikan tenda. Udara dipuncak mulai terasa dingin menusuk. Tenda pun kami dirikan, lalu masak air untuk membuat mie rebus bersama teman-temannya :D Berada ditengah udara dingin yang diselimuti kabut emang paling enak makan dan minum yang anget-anget. Setelah perut kenyang dan istirahat kami pun tertidur, karena dipuncak baru ada kami ber4. Belum ada pendaki yang lain. Hingga sore menyapa, datang rombongan pendaki lain yang langsung mendirikan tendanya didepan tenda kami. Saatnya berburu sunset!!! Dengan mengarah ke gunung Papandayan kami melihat indahnya lembayung senja dan matahari yang mulai turun ke peraduannya. Sayang karena kabut digunug Cikuray ini sangat tebal, beserta angin yang bertiup sangat kencang jadi sunsetnya hanya bisa kami nikmati sebentar. Jam 6 sore kota Garut sudah tidak terlihat. Kabut dan angin semakin menyelimuti kami. Karena udara yang sangat dingin kami pun memutuskan masuk kedalam tenda. Ngemil, ngopi, ngobrol dan maen truth or dare yang bikin ngakak. Hahaha.
Waktu menunjukkan pukul 20.30. Udara semakin dingin dan angin semakin kencang. Tak ada pendaki diluar sana, semua sudah masuk kedalam tenda masing-masing. Kami pun memutuskan untuk tidur. Pasang jaket tebal dan sleeping bag, asli masih dingin gan. Lalu, badai angin pun datang. Tenda yang tertiup angin terdengar sangat menyeramkan. Rapatkan barisan. Dinggiiiinnn….
Angin malam semakin memperlihatkan kekuatannya. Dalam dingin dan doa kami berusaha memejamkan mata dan melemaskan otot yang kaku. Setelah tertidur, akhirnya pukul 3.30 Dara membangunkan kami untuk melihat sang fajar keluar. Masih diselimuti rasa kantuk dan dingin kami belum berani keluar. Angin masih sama ganasnya. Suara tenda kami yang tertiup angin masih sangat menyeramkan. Setelah semua siap dan nyawa sudah terkumpul semua, sekitar pukul 04.00 kami keluar tenda. Dan... wow. Tidak seperti yang kami bayangkan sebelumnya. Dinginnya angin yang menusuk telah terkalahkan oleh pemandangan yang luar biasa indah. Sekali lagi kami ucapkan terimakasih kepada Sang Pencipta. Hamparan lampu dibawah sana yang menyelimuti kota Garut ditambah hamparan bintang diatas sana membat kami seolah-olah berada diantara jutaan bintang yang tengah bersinar. Akhirnya kami memutuskan membawa matras keluar dan menidurkan diri diluar sini. Terlentang sambil melihat bintang-bintang adalah salah satu kenikmatan yang tak akan bisa terbayar oleh apapun. Alhamdulillah. Ketika kami menikmati semua keindahan ini, ternyata ada pendaki lain yang baru sampai dan langsung mendirikan tenda. Tak lama kemudian sedikit demi sedikit langit mulai merubah warnanya pertanda sang penerang bumi akan segera memperlihatkan dirinya. Sungguh indah melihat lukisan alami dari Sang Pelukis Bumi. Indah sekali. Gumpalan awan yang berada dibawah kaki kami menjadi keindahan lain yang tak bisa dilukiskan dengan kata-kata. Lalu sang surya pun keluar dari peraduannya, menyapa kami segelintir anak manusia yang ingin sekedar melemparkan senyum kepadanya dipagi buta.
Setelah puas menikmati semua keindahan ini dan mengabadikannya dalam kamera, pagi pun semakin menyeruak. Para pendaki semakin ramai dan membuat suasana semakin hangat. Kami pun mulai membuat sarapan. Setelah semuanya siap, kami semua menyantap masakan kami dengan lahap. Sekitar pukul 09.30 kami sudah mulai membereskan barang-barang, ganti baju dan bongkar tenda. Lalu setelah ngobrol dan berpamitan dengan para pendaki yang lain, tepat pukul 10.30 dengan diawali doa lagi kami mulai menuruni gunung Cikuray, mengucap selamat tinggal dan sampai jumpa lagi kepada semua keindahan yang telah kami nikmati.
Ketika kami turun kami bertemu banyak pendaki lain yang baru naik, karena kebetulan besoknya mereka akan mengadakan upacara sumpah pemuda dipuncak Cikuray. Kami pun sebenarnya ingin ikut serta tapi pekerjaan membuat kami harus turun hari ini. 1 jam, 2 jam, 3 jam, akhirnya sampailah kami di pos 1. Perjalanan dilanjutkan hingga kami berhenti lagi dipadang rumput dan ilalang untuk foto-foto :D Lalu tak terasa kebun kol dan kebun teh sudah berada didepan kami. Kaki dan jempol kami sudah sangat sakit ketika kami menuruni tanjakan pertama kami kemarin pagi.
Begitu sampai dipemancar semua langsung berbaring, meluruskan kaki dan mengambil nafas. Alhamdulillah, God saved us. Perjalanan pulang belum berakhir sampai disini. Kami harus kembali berjalan untuk sampai di Patrol. Setelah istirahat cukup, kaki kami un mulai kami seret lagi untuk melangkah. Medan pertama adalah kebun teh. Kami berjalan diantara hamparan perkebunan teh yang menghijau. Matahari mulai menyengat. Cukup jauh kami berjalan hingga kami bertemu satu perkampungan. Karena jalan yang kami ambil berbeda dengan jalan yang kami lalui kemarin ketika datang, walhasil sempat sedikit bingung juga mesti ambil arah yang mana. Beruntung kami bertemu warga, setelah bertanya kami pun mulai berjalan lagi dengan kondisi kaki yang terasa semakin sakit. Tapi lagi-lagi ini membuat kami menjadi semakin bersyukur atas semua nikmat yang Allah SWT berikan. Medan yang kami lalui sangat indah.
Setelah kebun teh berakhir, kami berjalan melewati perkebunan warga. Ada kebun cabe, kacang, serta kebun tomat yang siap panen. Bikin ngiler banget ngeliat buah-buah tomat yang matang segar dipohonnya. Lalu kami mulai memasuki persawahan yang lagi-lagi siap panen. Jenis padi yang ditanam dikampung ini adalah beras merah dan beras ketan. Hamparan padi, aktivitas para petani dan segerombolan anak kecil yang berlari dipematang sawah sambil memegang layangan adalah obat lelah kami. Semua ini sudah cukup membuat kami tersenyum. Sungguh, jika kita melihat dunia ini dari sisi yang lain, maka kita akan banyak sekali bersyukur.
Ketika kami berjalan melewati hamparan sawah tiba-tiba terdengarlah lagu india berkumandang. Walhasil kami pun ikut bernyanyi india ditengah sawah. Kurang india gimana coba. Hahaha. Akhirnya setelah melewati perkampungan sampailah kami dijalan raya. Kaki pun masih harus bekerja hingga kami sampai di Patrol. Namun sebelum sempat sampai ke Patrol ada bapak yang baik hati menawarkan kami tumpangan menaiki mobil bak terbukanya. Tanpa basa basi kami pun menumpang. Lega rasanya, waktunya istirahat untuk si kaki. Mobil pick up pun berhenti di daerah (lupa namanya). Setelah mengucapkan terimakasih kami pun mencari jajanan, karena gak nemu bakso, mie ayam pun kami sikat :D Lalu kami memutuskan pergi ke terminal Garut untuk pulang kembali ke Bandung.
Alhamdulillah. Bertambah lagi satu pengalaman dan pelajaran hidup. Bisa menikmati keindahan alam yang telah Allah SWT cipatakan membuat kami benar-benar merasa kecil. Sungguh tak ada satu pun yang pantas untuk kami sombongkan didunia ini. Kami hanya segelintir anak manusia yang ingin bersatu dengan Tuhannya. Itu saja.
Terimakasih. Sampai jumpa pada perjalanan kami yang selanjutnya. Keep nature clean and save earth from the bastards! SALAM LESTARI!!!
Thank us buat bapake, si consina nya aman kok. Hehehee. Cepet pulang, Dieng udah nunggu.




@ungodamn